SELAMAT DATANG DI BLOGNYA AMIRZONA
SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA TERIMA KASIH

1 Mei 2012

hakekat cinta dan benci

Cinta (al-mahabbah) dan benci (al-karâhah), merupakan fitrah emosional yang dianugerahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala pada seluruh manusia. Bagi seorang Muslim, cinta dan benci itu harus berdasarkan proporsionalisasi syarî’at. Karena, bisa jadi, apa yang kita cintai itu justru sesuatu yang buruk, dan sebaliknya membenci sesuatu yang sebetulnya baik buat kita "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs.2:216). Jika tidak demikian, betapa banyak orang yang akan menjadi korban akibat tidak tahu menempatkan arti cinta dan benci ini.

Dalam Islam, cinta seseorang haruslah berlandaskan kepengikutan (ittiba’) dan ketaatan. Sebagaimana Firman-Nya ;
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
"Katakanlah: Ta'atilah Alloh dan Rosul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang kafir." 

(QS.3:31-32).
Salah satu cinta yang diajarkan Rosulullah Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. diantaranya adalah, mencintai dan mengasihi sesama. Kecintaan ini, sebagaimana pernah dicontohkan beliau, tak pernah dibedakan antara Muslim dan non-Muslim. Bahkan, tidak dibenarkan jika kita tidak berbuat adil kepada suatu kaum misalnya, hanya karena benci kepada mereka. "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Alloh, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."  (QS.5:cool.
Ajaran cinta Islami yang mesti disemaikan bukanlah sebatas sesama Muslim. Tetapi justru sesama manusia dan sesama makhluk. Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. bersabda, "Hakikat seorang Muslim adalah, mencintai Allah dan Rosul-nya, sesamanya, serta tetangganya, melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri" (HR. Imâm Bukhârî).

Kecintaan yang terekspresikan akan menjadi amal saleh buat pelakunya. Maka dari itu, kecintaan maupun kebaikan, meskipun baru tersirat dalam hati dan belum terlaksana, tetap akan mendapat pahala di sisi Allah. Sebaliknya, kebencian yang tersimpan dalam lubuk hati di samping sebuah kewajaran, juga tidak dicatat sebagai keburukan, hingga niatnya itu betul-betul dilakukan (
al-Hadits).

Ekspresi sebuah kebencian tak lain sikap hasud yang dilarang Islam.
Hasad adalah iri dan bersikap dengki terhadap orang atau kelompok lain, bahkan sebisa mungkin, berupaya menjatuhkan dan menghilangkan semua kepemilikan seseorang yang dianggap lawannya itu. Dari sini hasud berubah wujud menjadi hasutan, bagaimana merekayasa isu dan gosip tanpa fakta untuk turut meyakinkan orang lain, agar sama-sama membenci bahkan menganiaya orang atau kelompok tertentu.

Benci yang hasud seperti di atas dilarang Rosululloh
Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam, sabdanya, "Jauhilah oleh kalian sikap hasud, karena hasud itu niscaya akan memakan amal kebaikanmu layaknya api menghanguskan kayu bakar" (HR. Abû Dâwûd).

Wajah seorang
muhâsid (pelaku hasud) tak lain seorang provokator yang senang mengadu-domba antarsesama, menabur fitnah, serta wujud dari kerja sama dalam menebar dosa (al-itsm) dan permusuhan (al-‘udwân). Mereka diancam Nabi Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. tidak akan masuk surga, karena mencoba memutuskan pertalian kasih dan sayang antarsesama manusia (HR. Bukhârî-Muslim).

Dalam konteks Islam,
shilat-u ar-rahmi (shilah, menghubungkan; dan rahmi, berasal dari rahim yang sama) merupakan keharusan menyemaikan perdamaian dan keharmonisan hidup antarinsan. Inilah inti rahmat-an lil-‘âlamîn; mencintai dan membenci karena Alloh Subhaanahu wa Ta'aala akan mendatangkan rahmat, sebaliknya, jika sesuai seleranya sendiri, terancam kepedihan azab-Nya. Dalam arti, tidak turunnya rahmat dan bertaburnya benih-benih perpecahan dan perselisihan (Bulûghu ‘l-Marâm, 2000; 496).*

Agar kecintaan tumbuh dan bersemai dalam diri setiap insan, Rosululloh
Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam mengajarkan, "Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam (kedamaian), berilah makan orang yang membutuhkan, sambungkanlah tali persaudaraan, dan shalatlah Tahajjud pada sepertiga malam (introspeksi), niscaya kamu akan masuk surga dengan damai" (HR. Imâm Tirmidzî).

Demikian sebaik-baik kecintaan dalam Islam. Kedamaian ditebarkan untuk dan kepada siapa pun. Seorang muslim sejati ialah apabila, orang lain selamat dari ulah lisan, tangan, maupun kewenangannya (
Fath-u al-Bârî I; 76-86). Wallâhu a’lam.
________________________________
* Penulis adalah Mahasiswa Fakultas
Syarî’ah wa al-Qânûn (Islamic Law and Juriprudence Faculty), al-Azhar University, Cairo-Egypt.
** Dari Anas
Radiyalloohu 'Anh. Alloh berfirman, Rasulullah Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. bersabda, "Barangsiapa yang menahan amarahnya, maka Alloh akan menahan azab-Nya". (HR. Thabrânî, Bulûghu ‘l-Marâm, Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, Dâr-u Ibn-u Hazm: 2000, hal. 496).



oleh : http://amirzona.blogspot.com

orang-orang yang didoakan oleh malaikat


Inilah orang – orang yang di Do'akan oleh para Malaikat :
Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.  Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdulloh bin 'Umar Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.  Dia tidak akan bangun hingga malaikat berDo'a ‘Ya Alloh, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’” (hadits ini diShohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targhib wat Tarhib I/37)
Orang yang duduk menunggu shalat.  Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurayroh Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan menDo'akannya ‘Ya Alloh, ampunilah ia.  Ya Alloh sayangilah ia’” (Shohih Muslim no. 469)
Orang – orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.  Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan” (hadits ini diShohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Sunan Abi Dawud I/130)
Orang – orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).  Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah Rodiyalloohu 'Anha, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Alloh dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf” (hadits ini diShohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targhib wat Tarhib I/272)
Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurayroh Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu” (Shohih Bukhari no. 782)
Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.  Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurayroh Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Alloh ampunilah dan sayangilah ia’” (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menShohihkan hadits ini)
Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurayroh Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal.  Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Alloh bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Al Musnad no. 9140, hadits ini diShohihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
Orang yang menDo'akan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang diDo'akan.  Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ Rodiyalloohu 'Anhu, bahwasannya Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Do'a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang diDo'akannya adalah Do'a yang akan dikabulkan.  Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berDo'a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Shohih Muslim no. 2733)
Orang – orang yang berinfaq.  Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurayroh Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Alloh, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’.  Dan lainnya berkata, ‘Ya Alloh, hancurkanlah harta orang yang pelit’” (Shohih Bukhari no. 1442 dan Shohih Muslim no. 1010)
Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdulloh bin 'Umar Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat kepada orang – orang yang makan sahur” (hadits ini diShohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
Orang yang menjenguk orang sakit.  Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Tholib Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Alloh akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya Shohih”)
Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.  Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily Rodiyalloohu 'Anhu, bahwa Rosululloh Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian.  Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (diShohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shohih At Tirmidzi II/343)